Entri Populer

Rabu, 03 November 2010

what is film


Sebuah film, sebagai produk kesenian maupun sebagai medium, adalah suatu cara untuk berkomunikasi: ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada penonton. Dalam konteksnya sebagai media komunikasi massa. Dalam hal film, cara berkomunikasinya adalah cara bertutur- ada tema, tokoh, cerita secara audio visual, yang pada akhirnya mengkomunikasikan sebuah pesan, eksplisit maupun implisit secara dramatik. Makin komunikatif sebuah film, makin mulus penyampaian gagasan yang dikandungnya pada penonton. ( Jowett dan Linton, 1980: 121- 122 )
Film merupakan salah satu bagian karya seni berbentuk gambar bergerak (video) dan suara (audio) yang memberikan gambaran hidup tentang lingkungan hidup manusia. Film juga merupakan keterpaduan antara seni kreatif yang paling lengkap diantara seni lainnya. Film adalah bagian dari sebuah kesenian modern, oleh karena itu film tidak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern itu sendiri. Adapun film sebagai bagian dari kesenian mutahir di abad 20 ia dapat memberikan sajian yang menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan.
Nilai hiburan sebuah film sangatlah penting. Jika sebuah film tidak mengikat perhatian kita dari awal hingga akhir, maka film itu terancam gagal dan cepat menjadikan bosan bagi penontonnya. Akibatnya film tidak mengapresiasi unsur - unsurnya. Nilai pendidikan sebuah film bermakna semacam pesan-pesan atau kata-kata moral film yang semakin halus penggarapannya akan semakin baik.
Film dibuat seperti halnya buku, untuk dibaca maka film dibuat untuk dilihat dan didengarkan. Oleh karena itu, filmis merupakan gambar sesuatu dan bukan gambar tentang sesuatu. Yang terlihat di layar ternyata sebuah mobil yang berlari kencang misalnya, bukan tentang sebuah mobil yang berlari kencang. Jadi, sebagai hasil kerja alat teknik bernama kamera, gambar filmis mempunyai nilai reproduktif tinggi atas kenyataan fisik yang diabadikan. Jika kamera film juga merekam suaranya maka semakin lengkap ilusi kita, karena aspek lain dari kenyataan hidup, yaitu suara yang direproduksi. Sekalipun gambar yang ditampilkan itu serupa dengan subyek yang direkam, gambar filmis senatiasa menambvahkan sesuatu. Hal ini terjadi terutama karena factor pembingkaian (Framing), yaitu si pembuat mempunyai kebebasan untuk menentukan dan memberi filmnya bentuk demikian rupa sebagai akibat dari kreativitas. ( Sumarno, 1996: 6 - 8 )
Nilai artistik sebuah film terwujud jika keartistikannya ditemui pada seluruh unsurnya, sebuah film memang sebaiknya dinilai secara artistik, bukan secara rasional. Maka dari itu untuk menciptakan sebuah artistik yang baik maka sangat diperlukan kreativitas yang tinggi agar film tersebut memiliki unsur nilai artistik yang baik. Sebuah film artistik bisa jadi tidak berharga karena tidak punya maksud atau makna yang tegas. Tidak seorangpun bisa menikmati karya sebuah film atau bahkan memahami seandainya orang tidak mengerti bahasanya.
Dalam produksi film membutuhkan sebuah kerja kolaborasi. Dalam kalimat seorang Ernest Lindgrend, “ Produksi film yang normal membutuhkan kooperasi banyak ahli dan teknisi yang bekerja bersama sebagai satu tim, sebagai satu unit produksi. Sehingga unsur – unsur yang penting dalam produksi film seperti sutradara, penata fotografi, penulis skenario, tim artistik dan tim pendukung lainnya dapat saling mendukung dan bekerja sama secara kooperatif dalam mewujudkan sebuah film. ( Lindgrend, 1963: 4 – 5 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.